MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Salah satu aspek memanfaatkan pegawai
ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada pegawai, dengan istilah
populer sekarang pemberian kegairahan bekerja kepada pegawai. Telah dibatasi
bahwa memanfaatkan pegawai yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga
berarti bahwa setiap pegawai yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam
perusahaan, diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi kenyataan.
Usaha untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah dengan jalan memberikan
motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk memberikan daya perangsang kepada
pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan
upayanya (Manulang , 2002).
Menurut The Liang Gie Cs. (Matutina dkk ,1993) bahwa pekerjaan yang
dialakukan oleh seseorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan
dorongan kepada orang lain (pegawai) untuk mengambil tindakan-tindakan.
Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai
agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari
orang tersebut. Oleh karena itu seorang manajer dituntut pengenalan atau
pemahaman akan sifat dan karateristik pegawainya, suatu kebutuhan yang
dilandasi oleh motiv dengan penguasaan manajer terhadap perilaku dan tindakan
yang dibatasi oleh motiv, maka manajer dapat mempengaruhi bawahannya untuk
bertindak sesuai dengan keinginan organisasi.
Menurut Martoyo (2000) motivasi pada dasarnya adalah
proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan
kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan
sesuatu. Dengan dorongan (driving force) disini dimaksudkan desakan yang alami
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup, dan kecendrungan untuk
mempertahankan hidup. Kunci yang terpenting untuk itu tak lain adalah
pengertian yang mendalam tentang manusia.
Motivasi berasal dari
motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti
“mengerahkan”. Seperti yang dikatakan Liang Gie dalam bukunya Martoyo (2000)
motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang
melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang
yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi
kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak
termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi,
merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan
demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan motiv
atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang untuk
bertindak dengan cara tertentu (Martoyo , 2000).
Manusia dalam
aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu asalkan
dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki suatu nilai yang
sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya,
rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.
Menurut Martoyo
(2000) motivasi kinerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau
semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (1999) motivasi adalah suatu
faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor
pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang
manusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut.
Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya
produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja
untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah
ditetapkan tidak akan tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar
dari para karyawan maka hal tersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Motivasi atau
dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan
bersama ini terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999).
a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya (Gitosudarmo dan Mulyono , 1999).
Menurut George
R. dan Leslie W. (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993)
mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high
degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang
bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan,
imbalan jasa uang, jenis pekerjaan.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong
dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan
yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidak seimbangan. Ada definisi yang menyatakan bahwa motivasi berhubungan
dengan :
1. Pengaruh
perilaku.
2. Kekuatan
reaksi (maksudnya upaya kerja), setelah seseorang karyawan telah memutuskan
arah tindakan-tindakan.
3. Persistensi
perilaku, atau berapa lama orang yang bersangkutan melanjutkan pelaksanaan
perilaku dengan cara tertentu. (Campell , 1970).
Teori motivasi
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan
teori proses (process theory). Teori ini dikenal dengan nama konsep Higiene,
yang mana cakupannya adalah:
1. Isi Pekerjaan.
Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi :
Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi individu.
2. Faktor Higienis.
Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, kualitas supervisi.
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
1. Isi Pekerjaan.
Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi :
Prestasi, upaya dari pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang dalam menghasilkan sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi individu.
2. Faktor Higienis.
Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara pribadi, kualitas supervisi.
Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor.
Teori Motivasi
Kepuasan.
Teori yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh para pakar seperti Taylor yang mana teorinya dikenal sebagai Teori Motivasi Klasik. Teori secara garis besar berbicara bahwa motivasi kerja hanya dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis. Yaitu bagaimana mempertahankan hidupnya. Selain itu juga
Teori yang didasarkan pada kebutuhan insan dan kepuasannya. Maka dapat dicari faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh para pakar seperti Taylor yang mana teorinya dikenal sebagai Teori Motivasi Klasik. Teori secara garis besar berbicara bahwa motivasi kerja hanya dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis. Yaitu bagaimana mempertahankan hidupnya. Selain itu juga
Teori Hirarki
Kebutuhan (Need Hirarchi) dari Abraham Maslow yang menyatakan bahwa motivasi
kerja ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara
biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi maupun non-materi.
Secara garis besar
tersebut teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari yang rendah ke yang paling
tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah merasa puas, karena
kepuasannya bersifat sangat relatif maka disusunlah hirarki kebutuhan seperti
hasrat menyususn dari yang teruraikan sebagai berikut:
1. Kebutuhan
pokok manusia sehari-hari misalnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian,
tempat tinggal, dan kebutuhan fisik lainnya (physical need). Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan tingkat terendah, apabila sudah terpenuhi maka diikuti oleh
hirarki kebutuhan yang lainnya.
2. Kebutuhan
untuk memperoleh keselamatan, keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan
dari yang membayangkan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya
(safety need).
3. Kebutuhan
untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai,
kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
menjadi anggota kelompok pergaulan yang lebih besar (esteem needs).
4. Kebutuhan
untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman, dan kemasyuran sebagai
seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil
prestasi yang luar biasa (the need for self actualization). Kebutuhan tersebut
sering terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari melalui bentuk sikap dan
prilaku bagaimana menjalankan aktivitas kehidupannya (Zainun , 1997).
5. Kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, pujian, penghargaan, dan
pengakuan (esteem need).
Teori Motivasi Proses.
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja.
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja.
Dalam hal ini teori
motivasi proses yang dikenal seperti :
·
Teori
Harapan (Expectancy Theory), komponennya adalah: Harapan, Nilai (Value), dan
Pertautan (Instrumentality).
·
Teori
Keadilan (Equity Theory), hal ini didasarkan tindakan keadilan diseluruh
lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya.
·
Teori Pengukuhan (Reinfocement Theory),
hal ini didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari pelaku dengan pemberian
kompensasi.
Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation)
dari McClelland
Teori ini menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja adalah :
Teori ini menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat memotivasi gairah kerja adalah :
1. Kebutuhan
akan prestasi dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
2. Kebutuhan
akan kekuasaan : kebutuhan untuk membuat orang berprilaku dalam suatu cara yang
orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian.
Kebutuhan akan afiliasi : hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib (Robbins , 1996)
Teori X dan Y dari
Mc. Gregor.
Teori ini didasarkan
pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas
manusia penganut teori X dan mana yang menganut teori Y.
Pada asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti karyawan rata-rata malas bekerja, karyawan tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari tanggung jawab, karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi, karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan pada asumsi teori Y menggambarkan suatu kondisi seperti karyawan rata-rata rajin bekerja. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah karena tidak ada yang dikerjakan, dapat memikul tanggung jawab, berambisi untuk maju dalam mencapai prestasi, karyawan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi (Robbins dalam bukunya Umar, 2000).
Dalam hal ini
motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau faktor yang
dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect). Maka pembinaan terhadap
sumber daya manusia tidak pada penyelenggaraan latihan (training) saja, tetapi
juga didukung dengan pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).
Menurut Mitchell
(dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi adalah memperediksi perilaku perlu
ditekankan perbedaan-perbedaan antara motivasi, perilaku dan kinerja
(performa). Motivasilah penyebab perilaku; andai kata perilaku tersebut
efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi.
Prestasi Kerja
Pengertian Prestasi Kerja
Faktor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuan mengukur baik karyawan-karyawannya berkarya dan menggunakan informasi. Prestasi kerja yang didapatkan oleh para pekerja organisasi perusahaan merupakan suatu harapan yang mutlak, dan tidaklah mudah untuk mendapatkannya karena banyak kriteria-kriteria serta usaha yang keras yang akan dijalani atau dilalui oleh para pekerja tersebut. Motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi, dan meningkatkan kemampuan dimasa mendatang dipengaruhi oleh umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan kinerja yang akan datang.
Faktor kritis yang berkaitan dengan keberhasilan jangka panjang organisasi adalah kemampuan mengukur baik karyawan-karyawannya berkarya dan menggunakan informasi. Prestasi kerja yang didapatkan oleh para pekerja organisasi perusahaan merupakan suatu harapan yang mutlak, dan tidaklah mudah untuk mendapatkannya karena banyak kriteria-kriteria serta usaha yang keras yang akan dijalani atau dilalui oleh para pekerja tersebut. Motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi, dan meningkatkan kemampuan dimasa mendatang dipengaruhi oleh umpan balik mengenai kinerja masa lalu dan pengembangan kinerja yang akan datang.
Orang-orang yang termotivasi untuk
berprestasi, memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut:
1. Sebuah
preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2. Orang-orang
yang berprestasi tinggi juga menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka
timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain
seperti misalnya kemanjuran.
3. Mengidentifikasikan
mereka yang berprestasi tinggi, adalah bahwa mereka menginginkan lebih banyak
umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan
mereka yang berprestasi rendah.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan pengukuran yang sistematik terhadap penampilan kerja karyawan itu sendiri dan terhadap taraf potensi karyawan dalam upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan perusahaan/ organisasi. Menurut (Martoyo , 2000) penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik tertib dan benar, maka akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus juga meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para karyawan. Penilaian prestasi kerja (Perpormance Apprasial) ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien.
Penilaian prestasi kerja pada dasarnya merupakan pengukuran yang sistematik terhadap penampilan kerja karyawan itu sendiri dan terhadap taraf potensi karyawan dalam upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan perusahaan/ organisasi. Menurut (Martoyo , 2000) penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Apabila penilaian prestasi kerja tersebut dilaksanakan dengan baik tertib dan benar, maka akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus juga meningkatkan loyalitas organisasi organisasional dari para karyawan. Penilaian prestasi kerja (Perpormance Apprasial) ini pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien.
Pembinaan dan pengembangan terhadap para
karyawan adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuiakan diri dengan
perubahan dan perkembangan yang terjadi, baik bagi para karyawan lama maupun
bagi karyawan yang baru. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan karier
para karyawan, maka perlu dilakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh para karyawan. Menurut (Soeprihanto , 1998) penilaian
prestasi kerja adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui
sejauh mana seorang karyawan telah melaksanakan perkerjaannya masing-masing
secara keseluruhan.
Tujuan Penilaian Prestasi
Kerja
Prestasi kerja tersebut sangat erat hubungannya dengan masalah latihan dan pengembangan, perencanaan karier/ kenaikan pangkat maupun masalah pengupahan. Oleh karena itu informasi secara rutin tentang prestasi kerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta menentukan kebijaksanaan dibidang personalia.
Secara terperinci, tujuan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
Prestasi kerja tersebut sangat erat hubungannya dengan masalah latihan dan pengembangan, perencanaan karier/ kenaikan pangkat maupun masalah pengupahan. Oleh karena itu informasi secara rutin tentang prestasi kerja seorang karyawan sangat penting untuk turut serta menentukan kebijaksanaan dibidang personalia.
Secara terperinci, tujuan penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:
§
Mengetahui keadaan keterampilan dan
kemampuan setiap karyawan secara rutin
§
Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan
bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan
hasil kerja.
§
Dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan dan pemberdayagunaan karyawan seoptimal mungkin; sehingga antara
lain dapat diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan
pangkat dan kenaikan jabatan.
§
Mendorong
terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan.
§
Mengetahui
kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia, khususnya
prestasi kerja dalam bekerja.
Elemen-elemen Pokok Sistem Prestasi Kerja
Peranan Dari Faktor-faktor Motivasi Dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Mulai dari adanya manusia di muka bumi, motivasi tersebut sudah ada bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya (selama manusia hidup). Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi, pada masa sekarang ini motivasi tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi, dan karenanya menjadi perhatian dari para manajer dalam hal mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset penting bagi organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat penting di dalam penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi adalah tingkat kemampuan dan keterampilan dari para pekerjanya.
Peranan Dari Faktor-faktor Motivasi Dalam Penciptaan Kualitas Kerja
Mulai dari adanya manusia di muka bumi, motivasi tersebut sudah ada bertumbuh secara beriringan dengan pertumbuhannya (selama manusia hidup). Keterkaitan dengan para pekerja dan organisasi, pada masa sekarang ini motivasi tersebut sudah menjadi suatu hal yang sudah tidak asing lagi, dan karenanya menjadi perhatian dari para manajer dalam hal mengelola sumber daya manusia yang dijadikan aset penting bagi organisasi. Salah satu faktor yang dirasakan sangat penting di dalam penentuan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi adalah tingkat kemampuan dan keterampilan dari para pekerjanya.
Tetapi
secara kenyataannya tidak semua karyawan yang memiliki kriteria tersebut sesuai
dengan harapannya dan juga terdapatnya pekerja yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang tinggi, tetapi tidak memiliki semangat kerja yang tinggi,
maka dengan demikian organisasi tersebut belum menciptakan kualitas kerja yang
baik atau prestasi kerja yang sesuai dengan harapannya.
Secara
garis besar semua organisasi memiliki kepentingan serta tujuan yang
berbeda-beda sama seperti yang dimiliki oleh organisasi. Maka perhatian dari
para manajer organisasi atau perusahaan sangat diperlukan guna meningkatkan
kualitas kerja sumber daya manusia yang dimiliki, agar dapat mencapai tujuan
dan dapat bersaing.
Disamping itu juga terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alat pemotivasian karyawan atau pekerja sehingga mereka dapat terdorong dan semangat dalam melaksanakan pekerjaannya diantaranya adalah:
Disamping itu juga terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alat pemotivasian karyawan atau pekerja sehingga mereka dapat terdorong dan semangat dalam melaksanakan pekerjaannya diantaranya adalah:
1. Melibatkan
atau mengikutsertakan dengan maksud mengajak karyawan untuk berprestasi secara
efektif dalam proses operasi dan produksi organisasi.
2. Komunikasi,
yaitu melakukan penginformasian secara jelas terhadap tujuan yang ingin
dicapai, cara-cara pencapaian dan kendala yang sekiranya akan dihadapi.
3. Pengakuan,
yang pada dasarnya berupa pemberian penghargaan dan pengakuan yang tepat dan
wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang dicapai.
4. Wewenang
pendelegasian, yaitu berkaitan dengan pendelegasian sebagai wewenang dan
kebebasan untuk mengambil keputusan serta kreatifitas karyawan.
5. Perhatian
timbal balik, yaitu berkaitan dengan pengungkapan atas harapan dan keinginan
pemilik atau pemimpin dan pengelola organisasi pada karyawan serta memahami,
memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan karyawannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar